dear you,

tekadang seseorang punya sisi egois. ingin dimengerti dan dipahami kondisinya. tapi pada kenyatannya, lingkungannya nggak sesempurna itu. lingkungannya nggak se-mengerti itu sama kondisinya.sama kegiatan dan aktivitasnya.

sebelumnya, boleh ya, saya cerita. maaf kalo jadi curcol. :)
jujur aja, arsitek itu memang hectic. arsitek akan selalu 'autis', yang asik (if I can say, but it isn't really like that) dengan dunianya sendiri. dengan segala aktivitas tugas kegiatan dan segala bentuk surve. aku rasanya nggak perlu bilang itu ke semua orang termasuk anda.
saya tau kok, keseimbangan antara pekerjaan dan hubungan sosial itu WAJIB ada. orang nggak boleh terlalu asik dengan dunia kerjanya dan melupakan hubungannya dengan orang lain. dan saya sedang mencoba untuk itu. membagi waktu agar keduanya berjalan selaras. tanpa anda kasitau, saya juga udah tau. anda tidak perlu mendikte apa yang akan atau tidak akan saya lakukan. karena itu hak saya untuk memilih.

dear you,
i always have a reason, kenapa saya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. kalo saya jarang bisa ketemu anda,dan orang yang sudah seharusnya saya temui,itu bukan tanpa alasan. untuk menjaga agar semuanya tetap berhubungan baik. agar tidak ada yang jadi BACKSTABBER.

anda sudah dewasa,( i think, you did) dan saya harap, titel dewasa itu nggak cuma sekedar titel yang anda miliki karena umur anda saat ini. tapi juga karena kedewasaan mental yang membuat anda dewasa dalam berpikir. anda tidak perlu tau semua kegiatan saya (and I'll never tell it to you). tapi tolong, kalo anda nggak tau apa2 tentang kegiatan saya, nggak usah ngejudge saya dengan satu anggapan. you really don't know me. saya nggak minta anda mengerti dan memahami keadaan dan aktivitas saya. but it's enough for me if you just SHUT UP.


dear you,
saya nggak perlu kan bilang sama anda, ditengah hectic aktivitas saya, saya juga kangen sama keluarga saya? saya juga kepengen ketemu mereka meskipun waktunya nggak sempet. saya nggak perlu bilang kalo setelah selesai semester, saya masih punya kegiatan lain? dan kegiatan itu nggak usah anda pahami dengan judgement anda.
*dengan begini saja saya jadi bilang kan, kegiatan saya apaan* dasar.

dear you,
kedewasaan itu dilihat dari bagaimana anda bersikap, berpikir, dan menyikapi kondisi orang lain. bukan cuma dari umur.

kalo anda sekarang masih seperti ini, nggak malu sama umur??

please, make a good relationship.

budaya instant?let me see..

hello teman2 semuanyaa :)
me again.. hehe. kali ini, aku pengen ngomong soal budaya instan yang udah cukup merajalela di dunia ini.kayaknya lagi booming banget berita soal budaya instan. mulai dari makanan sampe pencapaian sukses yang instan. semua itu nggak luput dari perkembangan teknologi yang semakin pesat. memang, sekarang semuanya dituntut serba cepat. sekarang, hukum rimba nggak cuma ada di hutan. siapa yang kuat dia yang menang. seleksi alam akan menyingkirkan orang yang lambat, dan siapa cepat, dia dapat. kesuksesan ada di tangannya. bagaimana mengelola suatu kesempatan menjadi peluang emas membuka usaha baru yang menghasilkan. bingung nggak ada modal? sekarang yang namanya kredit udah ada dimana-mana. ada yang dengan iming2 bunga rendah, ada yang menjajikan berbagai macem hadiah. banyak deh. nggak heran, orang bisa dengan mudah merintis usaha.gimana enggak, dengan facebook misalnya. orang jualan segala macem di online shop, promosi produk semudah ngetag-in foto produk ke semua friend list, dengan penjelasan produk di captionnya. trus kalo mau beli juga tinggal transfer ke rekening yang tertera.bermain dengan teknologi memang asyik. gadget2 dengan fasilitas lengkap sekarang udah banyak. Mulai dari BlackBerry, Iphone, MacBook, IPad (*muka pengen). kalo kita tidak hati2, kita jadi kecanduan, dan nggak bisa lepas dari gadget2 itu. Selain itu, sekarang lagi jaman banget ajang pencarian bakat yang melahirkan bintang2 baru dalam waktu yang singkat. dengan sms yang tinggi, seseorang akan mudah saja melenggang menjadi juara dan menerima tawaran job dimana-mana.

Namun, suatu inovasi dan prinsip baru di zaman sekarang ini, tidak dengan mudah diterima oleh masyarakat umum. nggak semua setuju sama budaya instan ini. beberapa orang masih percaya bahwa sesuatu yang dicapai melalui proses akan lebih tahan lama, quality nya lebih baik, dan lebih segalanya deh.oke, anggapan itu nggak bisa disalahkan juga.kalo mau pintar memang harus belajar tekun setiap hari, kalo mau dapet duit banyak juga harus kerja setiap hari, kalo mau mengembangkan bakat, ya harus diasah tiap hari.kalo kita mau belajar dari orang jaman dulu misalnya, nggak ada yang bisa main instan. semua tersedia di depan mata kayak main sulap.oke, mungkin karena teknologi belom berkembang. mungkin karena cara pikir manusianya belom kompleks kayak sekarang. tapi, coba lihat. hasil didikan budaya proses ini. kalo mau lihat kisah hidup orang-orang besar seperti Thomas Alfa Edison, Albert Einstein, yang melakukan proses percobaan beratus kali buat akhirnya menciptakan teori baru. nggak usah jauh2 sampe alfa edison, liat aja Ir Ciputra dengan karya2nya yang hebat, Andri Wongso, dan masih banyak lagi orang2 sukses hasil didikan budaya proses. pada point ini, aku lebih menekankan ke proses perjuangan mereka untuk meraih itu semua. bukan masalah ambisi. dalam suatu proses, akan tercipta pengalaman-pengalaman baru. dari setiap pengalaman itu, orang belajar. oh kalo saya begini, hasilnya jelek, mungkin saya harus begitu biar bagus. eeh setelah dicoba, kok masih salah juga. o mungkin dengan cara lain. pengalaman itu menimbulkan berbagai kemungkinan. kemungkinan yang pada akhirnya menjadi patokan, dan orang nggak bingung lagi gimana harus bersikap untuk mencapai sesuatu yang baik.

Ada yang bilang, generasi sekarang itu adalah generasi manja, yang ketergantungan teknologi. yang nggak mau susah. yang punya prinsip "kecil foya2, muda kaya raya, mati masuk surga" bukan "hemat pangkal kaya", "rajin pangkal pandai". jujur, saya nggak pernah setuju sama anggapan itu. (ya iyalah, secara saya ini generasi muda jaman sekarang *sigh*. hahaha.
sebagai generasi muda, nggak dipungkiri kita memang lekat dengan teknologi. hape, komputer, sekarang sudah bukan masuk dalam golongan tersier kebutuhan kita. kadang sudah masuk kebutuhan primer yang menunjang aktivitas. aku juga nggak memungkiri, lebih suka cara yang instan untuk menunjang aktivitas, misalnya kuliah. jaman dulu, arsitek selalu identik dengan meja gambar gede se-alaium gambreng dan tabung2 gede untuk tempat kertas A2, ato A1, bahkan mungkin A0. skarang sih masih tetep lekat sama tabungnya, tapi kalo mejanya udah nggak terlalu. udah ada yang namanya autocad, sktechup, dan program2 instan lainnya yang mempercepat pekerjaan.

kita, sbg generasi muda jaman ini, memang nggak bisa pure memuja budaya proses. kita nggak bisa nutup mata dan telinga kita untuk teknologi yang jelas ada di depan mata kita. tapi kita bisa, belajar meng-combine-kan, budaya instan dan proses. kita memanfaatkan teknologi untuk belajar, dan menimba pengalaman. bukan untuk menyulap semua yang kita mau. kita memang nggak bisa diprotes, kenapa nggak kayak orang jaman dulu yang apa2 harus lewat proses panjang.misal, karena belom ada telepon, surat2 menyurat juga belom berkembang, ketika orang ingin berkomunikasi harus datang langsung ke tempat tujuannya.kita gak bisa diprotes karena itu. justru kita akan dibilang primitiv karena nggak peka sama apa yang ada di sekitar kita. tapi, kita juga harus tau batasan. teknologi itu hanya mempermudah jalan kita dalam berproses,kita tetap berproses tapi nggak sepanjang orang jaman dulu. bukan men-skip proses dan langsung ke hasil. no! ayoo, jangan mau kita dibilang generasi manja.

tapi kalo masalah makanan, hahaha.. aku sebagai generasi muda yang pandai memasak air dan telor, jelassss lebih pilih makanan instan. hahahaha. apalagi kalo lagi ngelembur tugas, beuuuh, yang instan memang lebih enak deh. no, kalo ini bukan manja. tapi TAU DIRI. hahaha :p

four complicated points

akhir-akhir ini, aku sering banget liat temen-temen yang mengeluh soal 'egois' nya temen yang lainnya. saling menyindir di twitter ato fb, tanpa nyebut nama. aku nggak tau kenapa hal semacam ini harus terjadi. aku sendiri ngga tau siapa yang mereka maksud. aku juga nggak langsung 'menuduh' seseorang yang disindir temen2 itu. justru aku introspeksi, mungkin nggak sih, itu aku yang lagi diomongin? selama ini, kayak apa sih aku dimata mereka? dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan mengantung lainnya. disela pertanyaan introspeksi itu, aku mendengar curhatan temen2 soal egois. Semua itu karena empat point yang bikin pusing. suer.

STUDIES, SCORE, FRIENDSHIP , RELATIONSHIP.

sebegitu compilcatednyakah masalah itu, sampe seolah ngga ada jalan keluar buat memecahkan itu semua. bukan lebay. sekarang gini, ada temen yang merasa kekurangan info penting soal kemahasiswaan, misalnya tentang beasiswa, study exchange, sayembara2, yang mana, di arsitek, info seperti itu sangat penting. Ada yang nggak mau disaingi, trus waktu dia dapet info itu, dia simpen buat dirinya sendiri, takut temen2 pada ikut dan dia kalah saing. it's about study.



ada yang memilih untuk mencari aman untuk diri sendiri dulu, baru setelah itu mikirin buat kelompoknya. misalnya, ada 2 tugas yang sama2 berat. yang satu tugas individu, satu lagi tugas kelompok. dalam satu kelompok itu, katakanlah ada 5 orang. yang 4 orang pada sibuk mikirin tugas individunya. pada bilang nggak ngerti soal tugas kelompok itu. ada 1 orang di kelompok itu yang udah slesai ngerjain tugas individunya. otomatis cuma dia yang diandalkan untuk ngerjain tugas kelompk. kalo aja dia itu MASTER, dia nggak akan ngeluh. dia nggak akan minta bantuan dan kebingungan karena dia bisa kerjain semuanya sendiri. tapi IN FACT, DIA JUGA MASIH BELAJAR. dia juga masih mahasiswa. dia juga masih bingung bagaimana menyelesaikan itu. justru itu gunanya kelompok. dosen juga nggak sewenang-wenang kok, ngasi tugas tanpa mikir batas kemampuan mahasiswanya. kalo dosen itu tau tugas itu berat, dia akan bagi mahasiswanya menjadi kelompok. agar mereka bisa saling bekerjasama bertukar pikiran.tapi pada kenyataannya tidak seperti itu. kerjasama yang terbangun di dalam kelompok itu tidak semudah itu diwujudkan. semua ingin nilai yang baik. semua ingin mendapat hasil maksimal. tapi, dengan mengorbankan salah satu pihak untuk 'dipekerjakan', sementara dirinya sendiri berpikir untuk tugas individunya? itu makan ati. it's about score.


semua orang pasti punya sahabat. sahabat bisa ditemui kapan aja, termasuk dalam aktivitas pekerjaan. *aduh ribet deh nih kata2. pokoknya, sahabat itu mungkin aja kita temukan dalam lingkungan pekerjaan, karena seringnya intensitas pertemuan. kalo mahasiswa ato pelajar, yaa nemu sahabatnya di kampus, gitulah. *nemu???
nggak kita pungkiri, ada orang -orang tertentu, yang nggak mikir 'friendship', kalo udah talk about SCORE. ya. persaingan itu tetap ada. persaingan dengan judul persahabatan. looks like friend, but in fact? rival. mau itu temen kalo udah ngomong masalah score dan peluang? rasanya persahabatan nggak ada artinya. b*llsh*t. siapa sih yang mau, melewatkan peluang emas di depan mata, yang akan menjadi batu loncatan untuk karirnya ke depan, demi sahabatnya. ini nggak terjadi pada semua orang,aku tau, ada kok, yang memahami bener arti sahabat.masih ada kok, yang menghargai arti sahabat, di tahun 2011 ini. di jaman ini.
tapi inilah yang saat ini terjadi, at least around me. dan bagi yang 'merasa dikibulin' sama sahabat sendiri, nggak siap ditinggalin gitu aja, akan berontak. mengeluh. yaa siapa sih yang mau?
tapi,ada waktunya kita membatasi toleransi kita sama sahabat.bukan karena kita egois, tapi lebih karena kita sayang sama dia, dan nggak membiarkan dia BODOH karena keegoisannya.misalnya begini :
orang yang tega 'mempekerjakan' sahabatnya, (seperti yang udah aku bahas tentang SCORE tadi), "aaah, dia temen aku ini, masak sih dia nggak ngertiin aku?" ngertiin sih ngertiin. tapi ini bukan masalah ngerti dan nggak ngerti. ini masalah kerjasama dan kekompakan.kadang kalo udah adi sahabat, mau apa aja kan bawaannya santai. "aaah santai aja, ada sahabatku yang bisa diandalkan dalam segala kondisi.masak iya sih dia tega sama aku? tugas individu aku belom kelar gini.. aku yakin dia bisa handle tugas kelompoknya." kalo semua mikir gitu, siapa yang mau ngerjain tugas kelompok?? siapa yang peduli sama tugas kelompok?
Padahal, nggak dipungkiri, milih anggota kelompok juga berdasarkan kedekatan. karena dia sahabatku. tapi kalo sahabat yang seperti ini? yang diandalkan,diganduli, 'dipekerjakan', juga ngga enak mau nolak karena namanya juga sahabat. mau negur, nasehatin, juga nggak enak. padahal sendirinya kebingungan kalang kabut. it's about FRIENDSHIP.


AND RELATIONSHIP? rasanya aku nggak punya pengalaman yang cukup memadai untuk cerita soal relationship. aku nggak tau banyak, tapi aku tau ada masalah yang cukup complicated pada point ini, berkaitan dengan banyaknya keluhan teman2 di situs jejaring sosial.
Pada intinya, rasa "nggak enak hati" karena faktor kedekatan kita sama seseorang itu, nggak akan membuat kita menjadi lebih baik. bahkan kalo ada yang tega, orang yang mudah "nggak enak hati" itu akan diinjak injak terus. dan hubungan mereka tidak akan berlangsung sebagai sahabat lagi.


PS: kalau sekarang kamu seperti ini, lalu siapa temanku? wish you know it. and change your bad habbit. we love you. :*

makasi buat B.A.S. , hehehe, namamu tak buat kayak tersangka gapapa ya? makasih buat insipiring tweetnya. bukannya no way out, I know, these are complicated point, but you can do it!! smangat!