Tentang Ibu

 Hai. Kembali kesini dengan status baru jadi mama dua bocil. Kesibukan lately sebagai mama perah adalah pumping ASI 2,5-3 Jam sekali selama cuti 3 bulan ini. Bentar lagi udah mau masuk kantor dan harus banget ngejar stok ASI di freezer.

Ngelihat 4,5 tahun kebelakang, jalani peran jadi ibu ternyata bikin banyak hal berubah. Dulu, clueless bgt jadi ibu ya kirain udah aja di kehidupan kita nambah member. Go with the flow. Ternyata setelah dipikir2, udah banyak banget metamorfosisku seiring membersamai anak bertumbuh.

4 tahun lalu memutuskan jadi fulltime mom, ngurus baby dan bagi peran jadi istri yg kerjain kerjaan2 rumahtangga tanpa ART.

2 tahun lalu memutuskan back to work, jd working mom, ya monitor pertumbuhan anak, bagi peran jadi istri& pasangan, ya manage rumah, ya kerjaan juga.

Belum lagi kalo papanya anak2 lagi sering dinas luarkota. Hari2 ya jadi mama sekaligus papa. 

Nentuin menu makan anak, sekolah dan segala aktivitasnya, vaksin, berobat, rumah, ART. Dan juga manage waktu untuk keperluan eksternal seperti kegiatan sosial.

Menyadari punya waktu me time adalah hal yang langka. Even ngemall, ya jadwalnya nemenin anak ke playground. 

Waktu me time ya sebisanya diselipin. Didalem mobil pulang dr anter anak sekolah.  Atau waktu2 after pumping sebelum  pumping selanjutnya. Itu juga kalo si little baby ngga lagi bangun. Kalau punya geng seumuran dan seperjuangan sih kayaknya enak ya. Hahaha. Sayangnya proses hidup membuat innercircle semakin kecil untuk bisa membagi cerita2 konyol sampai spanengnya seorang ibu.

Jadi ibu membutuhkan mental yang kuat. Dan support sistem yang kuat juga. Sebegitu banyaknya gurita peran yang harus dijalani, kalau tidak bisa mengapresiasi minimal jangan menyakiti. "AH. GITU DOANG AKU JUGA BISA. Perhitungan. Biar keliatan apasih disebutin semua gini? Pengen keliatan berkorban?!" NGGAKLAH, YA BIAR SADAR. Kalau ibu juga bukan robot. Yang HARUS paham semua tapi tidak boleh sakit hati kalau dengar bentakan. Harus pinter atur semua tapi kalau ada kekurangan / hal yg kelupaan/ kelewat karena banyaknya yang berseliweran di kepalanya untuk dipikirkan, mudah diprotes. 

Menjadi ibu membuatku menyadari pentingnya menjaga kesehatan diri sebelum memikirkan kesehatan keluarga. Kesehatan fisik dan mental tentu saja. Karena sekali saja tangki cintanya tidak terpenuhi dengan baik, apa yang dia pancarkan untuk keluarganya juga tidak maksimal.

Semakin menjadi ibu, aku semakin sadar aku membutuhkan ibu. Wah ternyata dulu mamaku hebat sekali ya menjalani perannnya. Atau, oooh jadi ini yang dulu mama rasain kalo aku memilih balik kanan meninggalkannya ketika dinasehati. Oooh jadi ini maksudnya nasehat2 yang dulu pernah mama bilang.., dsb. Bagaimana kita melihat dan menghargai ibu (di generasi orangtua), itu berdampak ke gimana kita memperlakukan ibu (di generasi kita)

Jadi ibu dengan segudang peran selalu ada 2 sisi, fun dan melelahkan. Tergantung dari sisi mana kita mau melihatnya. Tapi dari sisi manapun itu dilihat, yang tidak akan pernah berubah adalah tempatnya bersandar. Ada Tuhan dan suami. Tuhan, ya udah pastilah, mau kemana lagi ngadu kalo bukan sama penciptanya. Suami, karena pada prinsipnya apa yang terjadi didalam rumah, ceritanya ya ke orang2 dirumah. Bukan sampe keluar pagar apalagi ke media sosial.

Terimakasih sudah terus bertahan dan berjuang sejauh ini ya, badanku. Sebentar lagi cuti 3 bulannya selesai, ayo semangaat! Semoga semua bisa berjalan lancar. Anak2 tetap bertumbuh kembang dengan sehat dan baik. Relationship dgn pasangan juga tetap baik, komunikasi lancar dan minim tegangan tinggi intonasi bicara. 

Mom, bridge between love and everything. Beyond grateful. Thanks God



0 Response to "Tentang Ibu"

Posting Komentar