rusa di hutan rimba

 

Kehidupan Hutan rimba ini keras sekali

Dan dia hanya rusa bertubuh sedang. Tidak besar dan tidak kecil. Setidaknya, kalau raja hutan seukurannya mendekat, diapun belum tentu berani.

Rusa harus terus berjalan, berlari bila perlu, untuk bisa bertahan hidup di hutan rimba ini. Siapa yang bisa menyelamatkannya selain dirinya sendiri? Adakah?

Berlari kesana kemari. Mencari sumber air yang segar. Bersama kelompoknya. Tetapi ranting tajam melilit kakinya. Terjatuh. Lukanya dalam.

Tapi katanya, harus lanjut berlari. Raja hutan sedang menuju kearahnya, entah mau apa. Yang bisa dia lakukan adalah lari. Lalu lukanya? Abaikan saja, nanti juga sembuh sendiri, katanya.

Dia terus berlari mencari tempat yang aman. Ia hanya ingin hidup tenang. Tetapi derap langkahnya semakin lemah. Kelompoknya berlomba, berlari menuju tempat bersembunyi yang aman. Dia terengah seperti ingin menyerah. Adakah yang bisa menggendongnya agar bisa bergerak lebih cepat? Raja Hutan siap memangsa!

Dia menepi di balik pohon besar. Alih-alih bersembunyi. Sambil melihat luka di kakinya, ternyata semakin berdarah. “Kau harus kuat! Kau pasti bisa!” diksi diksi berujaran dikepalanya. Tak sadar dia membohongi dirinya sendiri. Dia butuh pertolongan.

Lama menepi. Mengatur strategi. Berlari, atau mati. Berjuang atau jadi arang.

Satu rusa berbalik menuju ke arahnya. “Kau harus kuat! Kau pasti bisa!”

Dia telah memutuskan. Melanjutkan langkahnya meski tidak cepat. Lukanya masih belum pulih.

“Terimakasih, aku hanya butuh ditemani.” Dia hanya seekor rusa yang meyakini, biarpun tertatih yang penting bergerak maju menuju ke tempat yang aman.

SEMUAMUA POLITIK!

Hai blog. Ga terasa udah hampir habis bulan Februari 2024. Baru awal tahun tapi udah terlalu ribut rasanya beberapa minggu di awal tahun ini. Ya, tanggal 14 Februari 2024 ini, Indonesia merayakan pesta demokrasi alias pemilu. Untuk pertama kalinya ngerasain nyoblos di kota orang (ngga bisa dibilang merantau karena udah bareng sama keluarga kecil, tapi bukan kampung halaman juga, jadi gimana sih? hahaha). Dan kali ini yang dicoblos banyak banget ngga Cuma presiden doang, ada legislatif juga. DPD lah, DPRD lah, DPR RI lah. Banyak. Mana nggak kenal pula jadi ya dalam nama Yesus ajalah ya semoga yang terpilih bisa membawa perubahan ke arah lebih baik.

Pemilihan presiden tahun ini melewati banyak tahapan biar semua rakyatnya ngerti soal program kerja yang mau mereka kerjain buat membawa Indonesia lebih baik lima tahun kedepan. Lewat debat capres (calon presiden) dan debat cawapres (calon wakil presiden) berkali kali. Harapannya ya masyarakat terbuka pikirannya, dan bisa memilih dengan lebih mantap dan yakin siapa paslon (pasangan calon) yang akan dipilih. Kenyataannya sih, nggak segitunya ya. Kalo orang udah yakin sama satu paslon, mau dia di debat itu perform atau nggak perform ya tetep aja di dukung mati-matian dibela-belain pake urat. Mending bakso urat enak, lah ini urat leher sampe urat malu kadang putus.

Di keluarga besarku, pemilihnya juga beragam. Ngga semua sepakat di satu pasangan calon. Dan aku memilih untuk (mengaku) golput aja. Even nggak golput beneran, aku akan bilang golput aja didepan mereka. Mau suara mereka sama dengan pilihanku atau berseberangan, aku tetap bilang golput aja. Kadang yang dibutuhkan di masa-masa ini Cuma komunikasi yang baik aja sama keluarga. Udahlah kerjaan aja yang bikin capek, ngurus rumah dan anak juga udah menguras pikiran, nggak usahlah ditambahin sama debat nggak perlu soal pilihan presiden. Ya yang menurutmu benar silahkan yakini, yang menurutku benar ya biar aku yakini. Mau dikasih tunjuk video-video paparan segala macem, kalo semua itu Cuma potongan video, kita nggak bener-bener subjektif menilainya. Berhenti mendadak jadi politikus Cuma karena giringan opini media. Pilihanku juga tidak sempurna pasti, tapi aku tidak mau terlalu membela atau menyanjung, karena yasudahlah aku memilih itu karena aku juga membaca. Berita yang aku baca,video yang aku lihat dan pemahaman-pemahaman yang kuyakini benar, ya biar itu menjadi konsumsiku aja. Mau terlibat dan peduli buat negara di beberapa tahun mendatang, tapi males ribet dan ribut.

Setelah pengumuman hasil pemilu pun, semua orang juga akan menerima kok hasilnya. Ada gitu warga negara yang secara independen, menggungat karena tidak setuju dengan hasil pemilu? Aku rasa ngga ada ya, atau jarang. Kebanyakan sih dari partai politik (yang tentunya dengan dibumbui banyak kepentingan), menggungat karena merasa banyak kecurangan yang mereka rasakan di pemilu 2024 ini. Ya secara dia juga udah kampanye juga, kluar duit banyak juga terus kalah.

Kadang, kita nggak perlu buat menjelaskan, where we stand clearly to others. Karena tau, ada relasi-relasi penting yang lebih berharga untuk dijaga. Ada lebih banyak memori menyenangkan yang bisa dicreate ketimbang terus ngedebat pendapat yang berbeda dengan kita. Kalau mereka sependapat sama kita, mereka nggak memerlukan penjelasan kita. Atau kalau mereka sudah terlanjur tidak suka sama pilihan kita, mau dijelasin kayak gimana, didebat kayak gimanapun juga Cuma ngabisin waktu tenaga dan kalau parah bisa merusak relasi. Come on, pemilu lima tahun sekali, itu juga heboh bangetnya beberapa bulan / minggu sebelum pencoblosan. Relasi kita sama orang-orang terdekat itu nggak worth buat dituker sama adu urat.

Ada banget masanya, dikatain apatis, ngga peduli masa depan negara, daripada golput mending suaranya diisi ke salahsatu paslon minimal cegah yang buruk berkuasa, dan banyak lagi, karena mengaku golput. Ya biar aja. Wong nyoblosnya juga bukan di panggung yang dilihat banyak orang. Nyoblos juga di kubikal tertutup, mau kita ngomong golput endingnya tetep milih juga kan yang tau kita sama Tuhan doang. Hahaha. Itu yang koar-koar ngedukung sampe otot urat semua pada keliatan, yakin tuh beneran nyoblos yang dibela? Atau karena mau “serangan fajar”nya doang?

Udah 2024 bro,sis. Waktunya jadi pribadi lebih dewasa. Udah bisa milih artinya udah 17+ dong ya? Atau kalaupun belom 17+, udah nikahlah. Dewasa dong? Ya kan? Ya dong? Bener kan? Bener dong? Itu yang kalian bela mati-matian ntar juga abis itu koalisi juga endingnya. Jadi, daripada waktumu terlalu selo buat debat mending bantuin kelarin gambar aku yuk. Less bac*t more cuan. Smangat!